BAB
2
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Pendidikan Manusia Seutuhnya
يأ يّها الذين أمنوا أستجيبواللّه ولرّسول إذادعاكم لمايحييكم واعلمواأنّ الّله يحول بين المرء وقلبه وأنّه إليه تخشرون.
Hai orang- orang yang beriman ,
penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul, apabila Rasul menyeru kamu kepada
suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya
Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepadanyalah kamu
akan dikumpulkan. ( Q.S al Anfal 24)
Bagaimanakah Pendidikan manusia itu seutuhnya? Pertanyaan ini sangat lazim dilontarkan oleh para mahasiswa, juga para audiens yang ketika berada didalam ruangan, atau didalam suatu seminar, yang ditujukan kepada para dosen ataupun kepada para nara sumber, mungkin juga pertanyaan ini sudah dilontarkan kepada kita semua, yang mana para penanya mungkin sudah menganggap kita mampu untuk menjawab pertanyaan ini.
Secara rasional–filosofis tentang pendidikan yang sudah berkembang semenjak beberapa abad yang lalu, maka sistem pendidikan untuk membentuk manusia yang seutuhnya harus diarahkan kepada dua dimensi, yakni:
Bagaimanakah Pendidikan manusia itu seutuhnya? Pertanyaan ini sangat lazim dilontarkan oleh para mahasiswa, juga para audiens yang ketika berada didalam ruangan, atau didalam suatu seminar, yang ditujukan kepada para dosen ataupun kepada para nara sumber, mungkin juga pertanyaan ini sudah dilontarkan kepada kita semua, yang mana para penanya mungkin sudah menganggap kita mampu untuk menjawab pertanyaan ini.
Secara rasional–filosofis tentang pendidikan yang sudah berkembang semenjak beberapa abad yang lalu, maka sistem pendidikan untuk membentuk manusia yang seutuhnya harus diarahkan kepada dua dimensi, yakni:
1.
Dimensi
dialektikal horisontal , dan
2.
Dimensi
ketundukan vertikal.
Pada
dimensi pertama pendidikan hendaknya dapat mengembangkan pemahaman tentang
kehidupan yang konkret, yakni kehidupan manusia dalam hubunganya dengan alam
ataupun lingkungan sosialnya. Dalam dimensi inilah manusia dituntut untuk mampu
mengatasi berbagai tantangan dan kendala dunia konkretnya , melalui
pengembangan teknologi dan sains.
Sedangkan dalam dimensi kedua, yakni
ketundukan vertikal, pendidikan sains dan teknologi, selain menjadi alat untuk
memanfaatkan, dan melestarikan sumber daya alam juga menjadi jembatan untuk
memahami fenomena dan misteri kehidupan dalam mencapai hubungan yang hakiki
juga abadi dengan sang khalik . Berarti bagaimanapun pesatnya perkembangan
sains dan teknologi ia harus disertai dengan pendidikan hati.
Singkatnya, manusia seutuhnya adalah yang
menjadi rahmatan lilàlamin. Yang mempunyai kemampuan cipta, rasa, kan karsa,
atau manusia yang kognitif, efektif, dan konatif-psikomotorik pada zamanya.
Itulah blue print manusia masa depan yang memiliki zikir, fikir dan amal saleh.
Di samping itu ada beberapa causa pertanyaan yang harus mampu kita menjawabnya,
yang mana dengan causa inilah nantinya kita akan mentransfer ke dalam proses
pendidikan manusia dalam konteks ruang serta waktu. Causa pertanyaan itu adalah
¨ 1. Causa eficiens (bagaimana), 2.Causa formalis (menurut rencana apa), 3.
Causa materialis (dengan apa), dan Causa finalis (untuk apa kita di didik).
Manusia sepenuhnya sebagai satu konsepsi
modern perlu kita analisis menurut pendangan sosio-budaya Indonesia
.Berdasarkan pikiran demikian dapat diuraikan konsepsi manusia seutuhnya ini
secara mendasar yakni mencakup pengertian sebagai berikut:
1.
Keutuhan
potensi subyek manusia sebagai subyek yang berkembang. Kepribadian manusia
lahir batin ialah satu kebutuhan yang utuh antara potensi-potensi hereditas
(kabawaan) dengan factor-faktor lingkungan (pendidikan, tata nilai dan antar
hubungan).
Potensi manusia secara universal mencakup tujuan potensi:
1. potensi jasmaniah, pisik badan dan panca indra yang sehat (normal) 2. potensi piker (akal, rasio, intelegensi, intelek)
3. potensi rasa (perasaan, emosi) baik perasaan etis moral maupun perasaan estetis.
4. potensi karsa (kehendak, keinginan, termasuk prakarsa).
5. potensi cipta (daya cipta, kreaktifitas, khayal dan imajenasi).
6. potensi karya (kemauan menghasilkan, kerja, amal, sebagai tindak lanjut 1-5)
7. potensi budi-nurani (kesadaran budi, hati-nurani, yang bersifat superrasional)
ketujuh potensi ini merupakan potensi dan watak bawaan yang potensial; artinya dalam proses berkembang dan tidak.Perkembangan atau aktualitas itu akan menetukan kualitas pribadi seseorang.
Potensi manusia secara universal mencakup tujuan potensi:
1. potensi jasmaniah, pisik badan dan panca indra yang sehat (normal) 2. potensi piker (akal, rasio, intelegensi, intelek)
3. potensi rasa (perasaan, emosi) baik perasaan etis moral maupun perasaan estetis.
4. potensi karsa (kehendak, keinginan, termasuk prakarsa).
5. potensi cipta (daya cipta, kreaktifitas, khayal dan imajenasi).
6. potensi karya (kemauan menghasilkan, kerja, amal, sebagai tindak lanjut 1-5)
7. potensi budi-nurani (kesadaran budi, hati-nurani, yang bersifat superrasional)
ketujuh potensi ini merupakan potensi dan watak bawaan yang potensial; artinya dalam proses berkembang dan tidak.Perkembangan atau aktualitas itu akan menetukan kualitas pribadi seseorang.
2.
Keutuhan
wawasan (orientasi) manusia sebagai subyek yang sadar nilai yang menghayati dan
yakin akan cita-cita dan tujuan hidupnya.
Manusia sebagai subyek nilai ialah pribadi yang menjunjung nilai; artinya menghayati, meyakini dan mengamalkan system nilai tertentu, baik secara social (kemasyarakatan dan kenegaraan), maupun secara pribadi (individual)
Manusia bersikap, berfikir, bertindak dan bertingkah laku dipengaruhi oleh wawasan atau orientasinya terhadap kehidupan dan nilai-nilai yang ada didalamnya wawasan dimaksud mencakup:
Manusia sebagai subyek nilai ialah pribadi yang menjunjung nilai; artinya menghayati, meyakini dan mengamalkan system nilai tertentu, baik secara social (kemasyarakatan dan kenegaraan), maupun secara pribadi (individual)
Manusia bersikap, berfikir, bertindak dan bertingkah laku dipengaruhi oleh wawasan atau orientasinya terhadap kehidupan dan nilai-nilai yang ada didalamnya wawasan dimaksud mencakup:
Ø
Wawasan
dunia dan akhirat. Menusia berkeyakinan bahwa kehidupan didunia akan berakhir
dan akan ada kehidupan diakhirat.
Ø
Wawasan
individualitas dan social, secara keseimbangan.
Ø
Wawasan
individualitas jasmaniah dan rohaniah; memiliki kesadaran tentang pentingnya kebutuhan
jasmaniah dan rohaniah.
Ø
Wawasan
masa lampau dan masa depan; dengan mengingat masa lampau bias memberikan
kesadaran kesedaran cinta bangsa dan kemerdekaan serta memiliki motivasi
berjuang demi cita-cita nasional.
Keempat
wawasan ini akan memberikan aspirasi dan motivasi bagi sikap dan tindakan seseorang menurut kadar
kesedaran wawasannya masing-masing.
2.2. Pengertian Sifat Hakikat Manusia
Sifat hakikat manusia dapat diartikan sebagai
ciri-ciri karakteristik, yang secara prinsipiil membedakan manusia dari hewan.
A. Wujud
Sifat Hakikat Manusia
1.
Kemampuan
Menyadari Diri
Menurut kaum rasionalis kunci perbedaan manusia dengan hewan pada adanya kemampuan adanya menyadari diri yang dimiliki oleh manusia. Berkat adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia, maka manusia menyadari bahwa dirinya (akunya) memiliki ciri khas atau karakteristik diri.
Drijarkara (Drijarkara,:138) menyebut kemaqmpuan tersebut dengan istilah “meng-Aku”, yaitu kemampun mengeksplorasi potensi-pontensi diri yang ada pada diri, dan memehami potensi-potensi tersebut sebagai kekuatan yang dapat dikembangkan sehingga aku dapat berkembang kearah kesempurnaan diri.
Menurut kaum rasionalis kunci perbedaan manusia dengan hewan pada adanya kemampuan adanya menyadari diri yang dimiliki oleh manusia. Berkat adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia, maka manusia menyadari bahwa dirinya (akunya) memiliki ciri khas atau karakteristik diri.
Drijarkara (Drijarkara,:138) menyebut kemaqmpuan tersebut dengan istilah “meng-Aku”, yaitu kemampun mengeksplorasi potensi-pontensi diri yang ada pada diri, dan memehami potensi-potensi tersebut sebagai kekuatan yang dapat dikembangkan sehingga aku dapat berkembang kearah kesempurnaan diri.
2.
Kemampuan
Bereksistensi
Yaitu kemampuan menempatkan diri, menerobos, dan mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya. Karena inilah manusia mempunyai kebebasan yaitu manusia bukan “ber-ada” melainkan “meng-ada”
Yaitu kemampuan menempatkan diri, menerobos, dan mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya. Karena inilah manusia mempunyai kebebasan yaitu manusia bukan “ber-ada” melainkan “meng-ada”
3.
Kata Hati
(Consecience Of Man)
Sering disebut hati nurani, pelita hati menunjukan bahwa hati itu adalah kemampuan pada diri manusia yang memberi penerangan tentang baik buruknya perbuatan sebagai manusia.
Sering disebut hati nurani, pelita hati menunjukan bahwa hati itu adalah kemampuan pada diri manusia yang memberi penerangan tentang baik buruknya perbuatan sebagai manusia.
4.
Moral
Moral juga disebut sebagai etika adalah perbuatan sendiri. Moral yang singkron dengan kata hati yang tajam yaitu benar-benar baik manusia sebagai manusia merupakan moral yang baik atau moral yang tinggi (luhur)
Moral juga disebut sebagai etika adalah perbuatan sendiri. Moral yang singkron dengan kata hati yang tajam yaitu benar-benar baik manusia sebagai manusia merupakan moral yang baik atau moral yang tinggi (luhur)
5.
Tanggung Jawab
Yaitu keberanian untuk menentukan bahwa sesuatu perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia. Dengan demikian tanggung jawab dapat diartikan sebagai keberanian untuk menentukan bahwa suatu perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia.
Yaitu keberanian untuk menentukan bahwa sesuatu perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia. Dengan demikian tanggung jawab dapat diartikan sebagai keberanian untuk menentukan bahwa suatu perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia.
6.
Rasa Kebebasan
Merdeka adalah rasa bebas (tidak terikat oleh sesuatu) yang sesuai dengan kodrat manusia. Kemerdekaan berkait erat dengan kata hati dan moral. Yaitu kata hati yang sesuai dengan kodrat manusia dan moral yang sesuai dengan kodrat manusia.
Merdeka adalah rasa bebas (tidak terikat oleh sesuatu) yang sesuai dengan kodrat manusia. Kemerdekaan berkait erat dengan kata hati dan moral. Yaitu kata hati yang sesuai dengan kodrat manusia dan moral yang sesuai dengan kodrat manusia.
7.
Kewajiban dan Hak
Kewajiban merupakan sesuatu yang harus dipenuhi oleh manusia. Sedangkan hak adalah merupakan sesuatu yang patut dituntut setelah memenuhi kewajiban.
Kewajiban merupakan sesuatu yang harus dipenuhi oleh manusia. Sedangkan hak adalah merupakan sesuatu yang patut dituntut setelah memenuhi kewajiban.
8.
Kemampuan
Menghayati Kebahagiaan
Kebahagiaan adalah suatu istilah yang lahir dari kehidupan manusia. Kebahagiaan tidak cukup digambarkan hanya sebagai himpunan saja, tetapi merupakan integrasi dari segenap kesenangan, kepuasan dan sejenisnya dengan pengalaman pahit dan penderitaan.
Manusia adalah mahluk yang serba terhubung, dengan masyarakat, lingkungan, diri sendiri dan Tuhan. Dalam krisis total manusia mengalami krisis hubungan dengan masyarakat dengan lingkungannya, dengan diri sendiri dan dengan Tuhan. Kebahagiaan hanya dapat dicapai apabila manusia meningkatkan kualitas hubungannya sebagai mahluk yang memiliki kondisi serba terhubung dan dengan memahami kelebihan dan kekurangan diri sendiri.
Kebahagian adalah bahwa kebahagiaan itu rupanya tidak terletak pada keadaan diri secara factual tetapi terletak pada kesanggupan menghayati semua itu dengan keheningan jiwa, dan mendudukan hal-hal tersebut didalam rangkaian tiga hal yaiti : ussaha, norma-norma, dan takdir.
Manusia yang menghayati kebahagiaan adalah pribadi manusia dengan segenap keadaan dan kemampuannya.
Kebahagiaan adalah suatu istilah yang lahir dari kehidupan manusia. Kebahagiaan tidak cukup digambarkan hanya sebagai himpunan saja, tetapi merupakan integrasi dari segenap kesenangan, kepuasan dan sejenisnya dengan pengalaman pahit dan penderitaan.
Manusia adalah mahluk yang serba terhubung, dengan masyarakat, lingkungan, diri sendiri dan Tuhan. Dalam krisis total manusia mengalami krisis hubungan dengan masyarakat dengan lingkungannya, dengan diri sendiri dan dengan Tuhan. Kebahagiaan hanya dapat dicapai apabila manusia meningkatkan kualitas hubungannya sebagai mahluk yang memiliki kondisi serba terhubung dan dengan memahami kelebihan dan kekurangan diri sendiri.
Kebahagian adalah bahwa kebahagiaan itu rupanya tidak terletak pada keadaan diri secara factual tetapi terletak pada kesanggupan menghayati semua itu dengan keheningan jiwa, dan mendudukan hal-hal tersebut didalam rangkaian tiga hal yaiti : ussaha, norma-norma, dan takdir.
Manusia yang menghayati kebahagiaan adalah pribadi manusia dengan segenap keadaan dan kemampuannya.
B. Dimensi-Dimensi
Hakikat Manusia serta Potensi, Keunikan, dan Dinamikanya
1.
Dimensi
Keindividualan
Lysen mengartikan individu sebagai “ orang seorang ”, sesuatu yang merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). (Lysen, individu dan masyarakat:4)
Manusia sebagai makhluk individu mempunyai jiwa dan raga yang dalam perkembangannya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kedua unsur itu merupakan monodualis, yang selalu berkembang kearah yang lebih baik dan lebih sempurna.
Dalam memberikan pendidikan kepada individu hendaklah para pendidik memperhatikan perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Setiap anak manusia yang dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari yang lain, atau menjadi dirinya sendiri. Seorang pakar pendidikan tersohor ditanah belanda, M.J. Langeveld bahwa setiap orang memiliki individualitas. (M.J. Langeveld, 1955:54)
Pada abad ke-18 dan 19 aliran Rasionalisme masuk ke sekolah. Aliran ini berpendapat “hendaklah para peserta didik disuruh menghafal sebanyak-banyaknya”. Dengan kata lain, pengetahuan memberikan kepuasan dan kebehagian hidup, dengan semboyan knowledge is power. Pendidikan yang diberikan kepada peserta didik hendaklah seimbang antara aspek Kognitif, aspek afektif, aspek psikomotorik,
Pola pendidikan yang bersifat demokratis dipandang cocok untuk mendorong bertumbuh dan berkembangnya potensi individualitas sebagaimana dimaksud. Pola pendidikan yang bersifat otoriter serta patologis yang akan menghambat pendidikan. Tugas pendidik hanya menunjukkan jalan dan mendorong subyek didik bagaimana cara memperoleh sesuatu dalam mengembangkan diri dengan berpedoman pada prinsip “ ing ngarso sungtulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani”. Tujuan utama pendidikan adalah membantu peserta didik membentuk kepribadiannya, atau menemukan kediriannya sendiri.
Lysen mengartikan individu sebagai “ orang seorang ”, sesuatu yang merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in devide). (Lysen, individu dan masyarakat:4)
Manusia sebagai makhluk individu mempunyai jiwa dan raga yang dalam perkembangannya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kedua unsur itu merupakan monodualis, yang selalu berkembang kearah yang lebih baik dan lebih sempurna.
Dalam memberikan pendidikan kepada individu hendaklah para pendidik memperhatikan perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Setiap anak manusia yang dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari yang lain, atau menjadi dirinya sendiri. Seorang pakar pendidikan tersohor ditanah belanda, M.J. Langeveld bahwa setiap orang memiliki individualitas. (M.J. Langeveld, 1955:54)
Pada abad ke-18 dan 19 aliran Rasionalisme masuk ke sekolah. Aliran ini berpendapat “hendaklah para peserta didik disuruh menghafal sebanyak-banyaknya”. Dengan kata lain, pengetahuan memberikan kepuasan dan kebehagian hidup, dengan semboyan knowledge is power. Pendidikan yang diberikan kepada peserta didik hendaklah seimbang antara aspek Kognitif, aspek afektif, aspek psikomotorik,
Pola pendidikan yang bersifat demokratis dipandang cocok untuk mendorong bertumbuh dan berkembangnya potensi individualitas sebagaimana dimaksud. Pola pendidikan yang bersifat otoriter serta patologis yang akan menghambat pendidikan. Tugas pendidik hanya menunjukkan jalan dan mendorong subyek didik bagaimana cara memperoleh sesuatu dalam mengembangkan diri dengan berpedoman pada prinsip “ ing ngarso sungtulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani”. Tujuan utama pendidikan adalah membantu peserta didik membentuk kepribadiannya, atau menemukan kediriannya sendiri.
2.
Dimensi
Kesosialan
Menurut M.J. Langeveld (1955) sifat hakikat manusia adalah makhluk social, individualitas, dan moralitas. Sifat sosialitas menjadi dasar dan tujuan dari kehidupan manusia yang sewajarnya atau menjadi dasar dan tujuan setiap anak dan kelompoknya. Setiap anak pasti terlibat dalam kehidupan social pada setiap waktu, yang dimaksud dengan interaksi social adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia dimana tingkah laku individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki tingkah laku yang lain.
Sebagai makhluk social, mereka saling membutuhkan, saling membantu, dan saling melengkapi. Manusia akan selalu berinteraksi dengan manusia lain untuk mencapai tujuan hidupnya, dan interaksi tersebut merupakan wadah untuk pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya.
Dalam hal ini, tugas pendidikan ialah mengembangkan semua potensi social sehingga manusia sebagai makhluk social mampu berperan, dan mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat. Diharapakan melalui pendidikan manusia dapat mengembangkan secara seimbang aspek individual dan aspek sosialnya.
Ahli pendidikan membagi kebutuhan manusia sebagai berikiut:
Maslow mengelompokkan kebutuhan bergantung pada pemuasannya dan mempunyai tingkatan makna yang tidak sama, dan memiliki hierarki tertentu. Hirarki kebutuhan menurut Maslow:
a. Kebutuhan estetis
b. Kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti
c. Kebutuhan untuk aktualisasi diri
d. Kebutuhan memperolah penghargaan orang lain
e. Kebutuhan mendapatkan kasih sayang dan memiliki
f. Kebutuhan rasa aman
g. Kebutuhan fisiologis
Menurut M.J. Langeveld (1955) sifat hakikat manusia adalah makhluk social, individualitas, dan moralitas. Sifat sosialitas menjadi dasar dan tujuan dari kehidupan manusia yang sewajarnya atau menjadi dasar dan tujuan setiap anak dan kelompoknya. Setiap anak pasti terlibat dalam kehidupan social pada setiap waktu, yang dimaksud dengan interaksi social adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia dimana tingkah laku individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki tingkah laku yang lain.
Sebagai makhluk social, mereka saling membutuhkan, saling membantu, dan saling melengkapi. Manusia akan selalu berinteraksi dengan manusia lain untuk mencapai tujuan hidupnya, dan interaksi tersebut merupakan wadah untuk pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya.
Dalam hal ini, tugas pendidikan ialah mengembangkan semua potensi social sehingga manusia sebagai makhluk social mampu berperan, dan mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat. Diharapakan melalui pendidikan manusia dapat mengembangkan secara seimbang aspek individual dan aspek sosialnya.
Ahli pendidikan membagi kebutuhan manusia sebagai berikiut:
Maslow mengelompokkan kebutuhan bergantung pada pemuasannya dan mempunyai tingkatan makna yang tidak sama, dan memiliki hierarki tertentu. Hirarki kebutuhan menurut Maslow:
a. Kebutuhan estetis
b. Kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti
c. Kebutuhan untuk aktualisasi diri
d. Kebutuhan memperolah penghargaan orang lain
e. Kebutuhan mendapatkan kasih sayang dan memiliki
f. Kebutuhan rasa aman
g. Kebutuhan fisiologis
3.
Dimensi
Kesusilaan
Pengertian susila dapat diartikan sebagai kepantasan yang lebih tinggi. Dalam masyarakat yang menyangkut kemasyarakatan yang menyangkut kesusilaan terkait dengan etika dan etiket. Jika etika dilanggar ada orang lain yang dirugikan. Sedangkan etiket bila dilanggar maka hanya menimbulkan orang lain tidak senang.
Masalah kesusilaan maka akan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Nilai-nilai merupakan sesuatu yang dijungjung tinggi oleh manusia karena mengandung makna kebaikan, keluhuran, kemulyaan dan sebagainya. Pada hakekatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan nilai-nilai susila dan melaksanakannya.
Sehingga dengan demikian dapat dikatakan manusia bila memiliki nilai-nilai, menghayati dan melaksanakan nilai-nilai tersebut.
Pengertian susila dapat diartikan sebagai kepantasan yang lebih tinggi. Dalam masyarakat yang menyangkut kemasyarakatan yang menyangkut kesusilaan terkait dengan etika dan etiket. Jika etika dilanggar ada orang lain yang dirugikan. Sedangkan etiket bila dilanggar maka hanya menimbulkan orang lain tidak senang.
Masalah kesusilaan maka akan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Nilai-nilai merupakan sesuatu yang dijungjung tinggi oleh manusia karena mengandung makna kebaikan, keluhuran, kemulyaan dan sebagainya. Pada hakekatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan nilai-nilai susila dan melaksanakannya.
Sehingga dengan demikian dapat dikatakan manusia bila memiliki nilai-nilai, menghayati dan melaksanakan nilai-nilai tersebut.
4.
Dimensi
Keberagamaan
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk religious. Pandangan Martin Buber “ bahwa manusia adalah makhluk Tuhan dan sekaligus mengandung kemungkinan baik dan jahat” adalah sesuai dengan pandangan manusia sebagai makhluk Tuhan”.
Menurut agama Islam pendidikanlah yang menentukan sesorang akan menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Dalam agama islam dikemukakan “Tiap anak dilahirkan bersih, suci, orang tuanyalah yang akan menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi”.
Agama merupakan sandaran vertical bagi manusia. Manusia dapat memahami agama melalui proses pendidikan agama. Ph. Kohnstamm berpendapat bahwa pendidikan agama seyogyanya menjadi tugas orang tua.
Pemerintah dengan berlandaskan pada GBHN memasukan pendidikan agama kedalam kurikulum di sekolah, mulai dari SD s/d PT. disini perlu ditekankan bahwa meskipun pengkajian agama melalui pelajaran agama ditingkatkan, namun tetap harus disadari bahwa tekanannya adalah pendidikan agama dan bukan semata-mata pelajaran agama yang hanya memberikan pengetahuan agama. Jadi segi-segi afektif harus di utamakan.
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk religious. Pandangan Martin Buber “ bahwa manusia adalah makhluk Tuhan dan sekaligus mengandung kemungkinan baik dan jahat” adalah sesuai dengan pandangan manusia sebagai makhluk Tuhan”.
Menurut agama Islam pendidikanlah yang menentukan sesorang akan menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Dalam agama islam dikemukakan “Tiap anak dilahirkan bersih, suci, orang tuanyalah yang akan menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi”.
Agama merupakan sandaran vertical bagi manusia. Manusia dapat memahami agama melalui proses pendidikan agama. Ph. Kohnstamm berpendapat bahwa pendidikan agama seyogyanya menjadi tugas orang tua.
Pemerintah dengan berlandaskan pada GBHN memasukan pendidikan agama kedalam kurikulum di sekolah, mulai dari SD s/d PT. disini perlu ditekankan bahwa meskipun pengkajian agama melalui pelajaran agama ditingkatkan, namun tetap harus disadari bahwa tekanannya adalah pendidikan agama dan bukan semata-mata pelajaran agama yang hanya memberikan pengetahuan agama. Jadi segi-segi afektif harus di utamakan.
C. Pengembangan
Dimensi -Dimensi Hakikat Manusia
Seperti yang telah kita ketahui bahwa sasaran pendidikan adalah manusia, artinya bahwa pengembangan dimensi hakikat manusia menjadi tugas pendidik.Ketika terlahir ke dunia manusia telah dikaruniai oleh Tuhan dimensi manusia dalam wujud potensi, namun belum teraktualisasi menjadi wujud kenyataan atau aktualisasi.Dan dari kondisi “potensi” menjadi wujud aktualisasi terdapat rentang-rentang proses yang mengundang pendidikan untuk berperan.
Meskipun pada dasarnya pendidikan itu baik tetapi dalam pelaksanaan mungkin saja terjadi kesalahan–kesalahan yang secara lazimnya disebut salah didik. Hal itu bisa terjadi karena pendidik itu adalah manusia biasa, yang tidak luput dari kelemahan-kelemahan. Sehubungan dengan itu ada dua kemungkinan yang terjadi:
Seperti yang telah kita ketahui bahwa sasaran pendidikan adalah manusia, artinya bahwa pengembangan dimensi hakikat manusia menjadi tugas pendidik.Ketika terlahir ke dunia manusia telah dikaruniai oleh Tuhan dimensi manusia dalam wujud potensi, namun belum teraktualisasi menjadi wujud kenyataan atau aktualisasi.Dan dari kondisi “potensi” menjadi wujud aktualisasi terdapat rentang-rentang proses yang mengundang pendidikan untuk berperan.
Meskipun pada dasarnya pendidikan itu baik tetapi dalam pelaksanaan mungkin saja terjadi kesalahan–kesalahan yang secara lazimnya disebut salah didik. Hal itu bisa terjadi karena pendidik itu adalah manusia biasa, yang tidak luput dari kelemahan-kelemahan. Sehubungan dengan itu ada dua kemungkinan yang terjadi:
1. Pengembangan Yang Utuh,
Tingkat keutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua faktor, yaitu kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas pendidikan yang disediakan untuk memberi pelayanan atas perkembangannya.
Selanjutnya pengembangan yang utuh dapat dilihat dari berbagai segi yaitu : wujud dimensi dan arahnya.
Ø Dari Wujud Dimensinya
Keutuhan terjadi antara aspek jasmani dan rohani, antara dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagamaan, antara antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor,. Pengembangan aspek jasmaniyah dan rohaniah dikatakan utuh jika keduanya mendapat pelayanan secara seimbang.
Pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagamaan dikatakan utuh jika semua dimensi tersebut mendapat layanan dengan baik, tidak terjadi pengabaian terhadap salah satunya.
Ø Dari Arah Pengembangan
Keutuhan pengembangan dimensi hakikatb manusia dapat diarahkan kepada pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagamaan secara terpadu.
Dapat disimpulkan bahwa pengembangan dimensi hakikat manusia yang utuh diartikan sebagai pembinaan terpadu terhadap dimensi hakikat manusi sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara selaras. Perkembangan dimaksud mencakup yaqng bersifat horizontal (yang menciptakan keseimbangan) dan yang bersifat vertical (yang menciptakan ketinggian martabat manusia). Dengan demikian secara totalitas membentuk manusia yang utuh.
2. Pengembangan Yang
Tidak Utuh
Pengembangan yang tidak utuh terhadap terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi di dalam proses pengembangan ada unsur dimensi hakikat manusia yang terabaikan untuk ditngani, misalnya dimensi kesosialan didominasi oleh pengembangan dimensi keindividualan ataupun domain afektif didominasi oleh pengembangan domain kognitif. Demikian pula secara vertical ada domain tingkah laku yang terabaikan penangannya.
Pengembangan yang tidak utuh terhadap terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi di dalam proses pengembangan ada unsur dimensi hakikat manusia yang terabaikan untuk ditngani, misalnya dimensi kesosialan didominasi oleh pengembangan dimensi keindividualan ataupun domain afektif didominasi oleh pengembangan domain kognitif. Demikian pula secara vertical ada domain tingkah laku yang terabaikan penangannya.
2.3. Sosok Manusia Seutuhnya
Sosok manusia seutuhnya berarti bahwa pembangunn itu tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah, seperti sandang, pangan, kesehatan, ataupun kepuasan batiniah seperti pendidikan, rasa aman, bebas mengelurkan pendapat yang bertanggung jawab melainkan keselarasan, keserasian dan keseimbangan diantara keduanya sekaligus batiniah.se4lanjutnya juga diartikan bahwa pembanguinan itu merata diseluiruh tanah air bukan hanya untuk golongan atau sebagian dari masyarakat. Selanjutnya juga diartikan keselarasan hubungan manusia dengan Tuhannya , antara sesama manusia, antara manusia dengan lingkungan sekitarnya, keselerasian antar bangsa-bangsa dan juga keselarasan antara cita-cita hidup didunia dengan kebahagiaan di akhirat.
Sosok manusia seutuhnya berarti bahwa pembangunn itu tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah, seperti sandang, pangan, kesehatan, ataupun kepuasan batiniah seperti pendidikan, rasa aman, bebas mengelurkan pendapat yang bertanggung jawab melainkan keselarasan, keserasian dan keseimbangan diantara keduanya sekaligus batiniah.se4lanjutnya juga diartikan bahwa pembanguinan itu merata diseluiruh tanah air bukan hanya untuk golongan atau sebagian dari masyarakat. Selanjutnya juga diartikan keselarasan hubungan manusia dengan Tuhannya , antara sesama manusia, antara manusia dengan lingkungan sekitarnya, keselerasian antar bangsa-bangsa dan juga keselarasan antara cita-cita hidup didunia dengan kebahagiaan di akhirat.
2.4. Hakikat
Pendidikan Manusia Seutuhnya
Hakikat pendidikan manusia seutuhnya adalah suatu
proses yang intern dalam konsep manusia dimana manusia hanya dapat dimanusiakan
melalui proses pendidikan. Dalam hal ini pendidikan
menusia seutuhnya berlangsung seumur hidup didasarkan atas berbagai landasan
yang meliputi:
1.
Dasar-dasar
filosofis
Filosofis hekekat kodrat martabat manusia merupakan kesatuan integral segi-segi (potensi-potensi) esensial:
Filosofis hekekat kodrat martabat manusia merupakan kesatuan integral segi-segi (potensi-potensi) esensial:
Manusia sebagai makhluk pribadi
(individualbeing)]
Manusia sebagai makhluk social (sosialbeing)
Menusia sebagai makhluk susila (moralbeing)
Manusia sebagai makhluk social (sosialbeing)
Menusia sebagai makhluk susila (moralbeing)
Ketiga
potensi diatas akan menentukan martabat dan kepribadian menusia. Jika ketiga
potensi itu dilaksanakan secara seimbang, maka akan terjadi kesenambungan.
2.
Dasar-Dasar
Psikofisis
Merupakan dasar-dasar kejiwaan dan kejasmanian manusia. Realitas psikofisis manusia menunjukkan bahwa pribadi manusia merupakan kesatuan antara potensi-potensi dan kesadaran rohaniah baik dari segi pikis, rasa, karsa, cipta, dan budi nurani.
Merupakan dasar-dasar kejiwaan dan kejasmanian manusia. Realitas psikofisis manusia menunjukkan bahwa pribadi manusia merupakan kesatuan antara potensi-potensi dan kesadaran rohaniah baik dari segi pikis, rasa, karsa, cipta, dan budi nurani.
3.
Dasar-Dasar
Sosio-Budaya
Meskipun manusia adalah makhluk ciptaan tuhan namun manusia terbina pula oleh tata nilai sosio-budaya sendiri.Inilah segi-segi buhaya bangsa dan sosio psikologis manusia yang wajar diperhatikan oleh pendidikan.Dasar-dasar segi sosio budaya bangsa mencakup tata nilai warisan budaya bangsa seperti nilai keutuhan, musyawarah, gotong royong dan tenggang rasa yang dijadikan sebagai filsafat hidup rakyat , nilai-nilai filsafat Negara yakni pancasila, Nilai-nilai budaya nasional, adapt istiadat dan Tata kelembagaan dalam hidup kemasyarakatan dan kenegaraan baik bersifat formal maupun nonformal.
Meskipun manusia adalah makhluk ciptaan tuhan namun manusia terbina pula oleh tata nilai sosio-budaya sendiri.Inilah segi-segi buhaya bangsa dan sosio psikologis manusia yang wajar diperhatikan oleh pendidikan.Dasar-dasar segi sosio budaya bangsa mencakup tata nilai warisan budaya bangsa seperti nilai keutuhan, musyawarah, gotong royong dan tenggang rasa yang dijadikan sebagai filsafat hidup rakyat , nilai-nilai filsafat Negara yakni pancasila, Nilai-nilai budaya nasional, adapt istiadat dan Tata kelembagaan dalam hidup kemasyarakatan dan kenegaraan baik bersifat formal maupun nonformal.
2.5.
Tujuan Pendidikan Manusia
Seutuhnya
Tujuan untuk pendidikan menusia seutuhnya dengan kodrat dan hakekatnya, yakni seluruh aspek pembawaannya seoptimal mungkin.Adapun aspek pembawaan (potensi manusia) meliputi:


Secara
umum, rumusan tujuan dari proses pendidikan meliputi:
v
Pendidikan
sebagai tranmisi kebudayaan
v
Pendidikan
sebagai pengembangan kepribadian
v
Pendidikan
sebagai pengembangan akhlaq mulia serta religious
v
Pendidikan
sebagai pengembangan warga Negara yang bertanggung jawab
v
Pendidikan
sebagai mempersiapkan pekerja-pekerja yang terampil dan produktif
v
Pendidikan
sebagai pengembangan pribadi seutuhnya
v
Pendidikan
sebagai proses pembentukan manusia baru
2.6.
Implikasi
pendidikan menusia seutuhnya
Pengertian implikasi adalah akibat langsung atau konsekwensi dari suatu keputusan
a. segi-segi implikasi antara lain :
1.
Manusia
seluruhnya sebagai sasaran didik
2.
Proses
berlangsungnya pendidikan yaitu waktu seumur hidup
b. isi , meliputi:
1. potensi jasmani dan pancaindra
1. potensi jasmani dan pancaindra
2. potensi piker
(rasional)
3. potensi rohaniah
4. potensi karsa
5. potensi cipta
6. potensi karya
7. potensi budi nurani
3. potensi rohaniah
4. potensi karsa
5. potensi cipta
6. potensi karya
7. potensi budi nurani
Dengan mengembangkan ketujuh potensi itu dengan sikap yang
positif dan mendasar akan mencapai kesinambungan.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ø
Manusia merupakan makhluk yang
sempurna. Manusia memiliki akal untuk menghadapi kehidupannya di dunia ini.
Akal juga memerlukkan pendidikan sebagai obyek yang akan dipikirkan. Fungsi
akal tercapai apabila akal itu sendiri dapat menfungsikan, dan obyeknya itu
sendiri adalah ilmu pengetahuan. Maka dari itu, manusia pada hakikatnya adalah
makhluk peadagogis, makhluk social, makhluk individual, makhluk beragama, dan
hal ini telah dijelaskan pada bab pembahasan.
Ø
Manusia
seutuhnya adalah yang menjadi rahmatan lilàlamin. Yang mempunyai kemampuan
cipta, rasa, kan karsa, atau manusia yang kognitif, efektif, dan
konatif-psikomotorik pada zamanya. Itulah blue print manusia masa depan yang
memiliki zikir, fikir dan amal saleh. Di samping itu ada beberapa causa
pertanyaan yang harus mampu kita menjawabnya, yang mana dengan causa inilah
nantinya kita akan mentransfer ke dalam proses pendidikan manusia dalam konteks
ruang serta waktu. Causa pertanyaan itu adalah ¨ 1. Causa eficiens (bagaimana),
2.Causa formalis (menurut rencana apa), 3. Causa materialis (dengan apa), dan
Causa finalis (untuk apa kita di didik).
Ø
Hakikat pendidikan manusia
seutuhnya adalah suatu proses yang intern dalam konsep manusia dimana manusia
hanya dapat dimanusiakan melalui proses pendidikan. Dalam hal ini pendidikan menusia seutuhnya berlangsung seumur hidup .
Daftar Pustaka
Tirtaharja, Umar dan La Sula, 1994. Pengantar Pendidikan. Jakarta. Penerbit Rineka Cipta dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
www.wildaznov11.blogspot.com./ilmu pendidikan Diunggah Februari 2009. Diunduh Nopember 2009
www.karindangan.wordpress.com . Diunggah oleh Karindangan, 6 September 2009. Diunduh 12 Nopember 2009
www.agusprasetyo.blogspot.com. Diunggah oleh Agus Prasetyo S.Pd dan Dwi Sari Harumningtyas. Diunduh 12 nopember 2009
www.freenotforsale.blogspot.com. Diunggah Oktober 2009. Diunduh 12 Nopember 2009
www.lintasdisiplin.blogspot.com./studi Islam.Diunggah 22 April 2009. Diunduh 12 Nopember 2009
Tirtaharja, Umar dan La Sula, 1994. Pengantar Pendidikan. Jakarta. Penerbit Rineka Cipta dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
www.wildaznov11.blogspot.com./ilmu pendidikan Diunggah Februari 2009. Diunduh Nopember 2009
www.karindangan.wordpress.com . Diunggah oleh Karindangan, 6 September 2009. Diunduh 12 Nopember 2009
www.agusprasetyo.blogspot.com. Diunggah oleh Agus Prasetyo S.Pd dan Dwi Sari Harumningtyas. Diunduh 12 nopember 2009
www.freenotforsale.blogspot.com. Diunggah Oktober 2009. Diunduh 12 Nopember 2009
www.lintasdisiplin.blogspot.com./studi Islam.Diunggah 22 April 2009. Diunduh 12 Nopember 2009
Ahmadi ZE, Moch. Ishom.
Drs.2007.Kaifa Nurobbi Abnaa Ana.Jombang : SAMSARA PRESS MMA BU
Blackjack Casino Review for December 2021 | KTM Hub
BalasHapusBLACKJACK CASINO 목포 출장안마 Review 청주 출장안마 2021 원주 출장안마 | Play Blackjack for 안양 출장안마 real money with top casino games. The game offers a 100% up 광주광역 출장안마 to $200 bonus on your first deposit.